Tradisi Surak Iyo Desa Randuagung Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik
Foto
Umi Hany Akasah
Dilestarikan
: Para warga dan anak-anak sedang berkeliling dari rumah ke rumah mengikuti
tradisi Surak Iyo di Dusun Randuboyo, Desa Randuagung, Kecamatan Kebomas,
Gresik, Jum’at (21/6).
Tradisi
Surak Iyo,
Entah
mengapa dari kecil saya paling suka nulis tentang sebuah budaya, tradisi hingga
sosok pejuang. Mungkin karena ayah dulu sering mengajak saya melihat pesta
budaya dan tradisi di Lumajang. Setiap akhir pekan, saya diajak ayah naik
sepeda ontel ke Radio Semeru Lumajang. Di Radio Semeru yang lokasinya dekat Alon-Alon
itu, saya digendong di pundak ayah supaya bisa melihat Ludrukan dan Kartoloan.
Setiap
kali libur sekolah juga demikian. Saya selalu dipulangkan ke rumah nenek, di
Sumberejo. Dulu, Sumberejo sebuah desa kecil di Lumajang, namun kini sudah mudah
dijangkau karena dilintasi jalur lintas tengah (JLT). Budaya dan tradisi ngaji sangat kental di
Sumberejo. Misalnya membaca kitab kuning sampai menepatkan mahrajul huruf
Alquran. Di Sumberejo saya mulai mengenal dan mencintai yang namanya budaya dan
tradisi. Setiap ada kawinan maupun sunatan, warga sekitar meramaikan dengan
tradisi Banyuwangian, Reok Ponorogo, Jaranan dan Kuda Lumping. Itu mengakar dalam jiwa. Setiap kali ada
momen/pentas seni budaya di Surabaya, saya benar-benar mengikuti dan menikmati
sampai tuntas.
Kini,
menjadi warga Gresik saya menemukan budaya dan tradisi unik. Meski tidak ada di
Lumajang, namun bagi saya yang namanya budaya dan tradisi harus tetap
dipertahankan dan dijaga.
Hari
ketujuh bulan Syawal merupakan puncak Lebaran yang ditunggu-tunggu beberapa warga
di Kabupaten Gresik. Seperti halnya,
warga di kawasan Dusun Randuboyo, Desa Randuagung, Kecamatan Kebomas. Warga meramaikan
Lebaran yang sering disebut Rioyo Kupat dengan tradisi Surak Iyo.
Mulai
pukul 06.00, anak-anak mengikuti tradisi yang digelar secara turun menurun itu.
Dalam tradisi tersebut, anak-anak membawa wadah dan berkeliling dari rumah ke
rumah. Mereka kompak menyanyikan lagu khas Surak Iyo. Bunyinya seperti surak iyo pager jaro kembang gubis, Uqi ojo
nangis-nangis nek nangis dikemplang linggis, surak iyo pager jaro kembang dara,
Uqi ojo lara-lara nek lara oleho tamba, surak yo pager jaro kembang pacar, nek
mari podo buyar.
Tradisi
Surak Iyo bukan sekadar menjadi kebahagian buat anak-anak di desa tersebut.
Selain mendapatkan bagi-bagi makanan berupa lontong, ketupat, sayur, lepet, opor ayam, mereka juga
senang karena penghuni membagikan uang. Bagi saya ini sangat penting. Seperti ayah
yang berusaha menjadikan saya manusia yang cinta budaya dan tradisi, saya pun
berusaha demikian pada putri-putra tercinta, Najma Ayucha Khairani-Aufar
Marzuqi Ilmi. Saya rela bangun pagi hanya untuk mengantar kedua buah hari untuk
ikut Surak Iyo dan ikut menyantap menu kupatan di rumah neneknya. Mungkin beda dengan di Lumajang. Kalau di Lumajang, saya
tidak perlu keluar rumah untuk makan kupat lontong. Sebab, di rumah sudah
seabrek makanan yang ada di meja dapur. Murid
dan saudara ayah terbiasa mengirim
kupatan ke rumah. Saking banyaknya, ibu membagikan makanan hantaran itu ke
seluruh tetangga kampung (maklum anaknya guru ngaji kampung bendino akeh
berkatan,hehehe).
Tidak
hanya di Dusun Randuboyo, tradisi Rioyo Kupat juga digelar di beberapa desa di
Gresik. Di Desa Suci misalnya. Warga menggelar tradisi Udik-udikan atau berebut uang receh yang dibagikan penghuni rumah. Di
desa lainnya juga tidak kalah ramai, seperti di Desa Kauman yang menggelar
kegiatan berkunjung antar tetangga. Baik yang NU, Muhammadiyah, non
muslim, Arab semua turut berbaur dan berbahagia dengan budaya dan tradisi itu.
Benar kata ayah, “al-Muhafadhotu ‘ala qadimi al-Shalih wa
al-Akhdzu bi al-Jadid al-Ashlah”. Artinya, jagalah
tradisi lama sembari menyesuaikan dengan tradisi modern yang lebih baik.
Upaya-upaya yang dimaksud mengembangkan sejumlah khazanah Keislaman dan kebudayaan
yang toleran serta terbuka dengan zaman kekinian.
Selamat Rioyo Kupat.
Umi Hanik Akasah
Gresik, 21 Juni 2018