Kisah Nyata : Program Hamil Habiskan Ratusan Juta, Suami Akhirnya Hamili Adik Ipar
Utang Ratusan Juta Demi Program KehamilanDonjuan akhirnya bisa bernapas lega. Sang istri, Karin mau kembali di pelukannya. Meski sempat berkhianat, PNS itu pun mengaku tak bisa berpisah dengan istrinya.
Hany Akasah
----
Rasa penyesalan Donjuan ia sampaikan di hadapan keluarga dan Karin. Di situ, Donjuan rela dijambak dan dipukul oleh Karin dan keluarganya. Donjuan hanya tertunduk tanpa berucap. Ia hanya mengatakan kata 'sepurane' dan 'maaf' pada Karin dan orang tuanya.
Dalam kondisi tertekan, Donjuan mengaku nekat berhubungan dengan adik iparnya Sephia karena sudah lelah dengan sikap Karin yang keras. Karin tak pernah mau mengadopsi anak. Padahal, kakak kandung Donjuan dan saudara-saudaranya banyak yang menawarkan anaknya untuk diadopsi.
"Ya Tuhan ma aku juga enggak ingin. Tapi, aku sudah ingin punya anak banyak. Aku frustrasi gara-gara belum punya anak," kata Donjuan.
Tak hanya sangat menginginkan anak, Donjuan juga stres karena harta warisan dari orang tua dan hasil kerjanya habis untuk program kehamilan. Dari mulai program bayi tabung, inseminasi sampai ke klinik herbal kehamilan dengan harga yang mahal. Program tak hanya dilakukan di Indonesia, juga di luar negeri seperti Singapura dan Australia. "Dihitung-hitung hampir habis lebih Rp 400 juta lebih. Saya pikir masak uang habis, tanpa hasil," kata Donjuan.
Sementara itu, Karin tetap dengan pendiriannya yang tidak mau mengadopsi anak. Sampai akhirnya, Donjuan tak sengaja melihat Sephia tersenyum. "Adik istri juga sering WA (WhatApp). Laki laki mana yang tidak tergoda," kata dia.
Donjuan menyatakan, awalnya berusaha tidak terpikat dengan Sephia. Sebab, Donjuan mengetahui sendiri bila adik iparnya itu sudah punya pacar. Namun, justru Sephia yang suka mengajak Donjuan keluar untuk nonton bioskop atau sekedar jalan-jalan. Kedekatan itu berlangsung hampir setahun lamanya."Ngajak ke hotel. Khilaf satu kali dan ending-nya hamil," tandasnya.
Dalam hati Donjuan, ia begitu bahagia bila ia akan memiliki anak dengan upaya normal tanpa biaya. Di sisi lain, ia juga takut bila Karin marah. Satu sampai empat bulan Donjuan dan Sephia berhasil menyembunyikan rahasia itu. Karena Donjuan memang ingin anak itu lahir. Meski Sephia sempat menawarkan untuk menggugurkan anaknya.
"Ya namanya bangkai pasti tercium. Apes gue," katanya tertawa. Hingga akhirnya, Karin mengajukan gugatan cerai akhir Desember 2016 lalu."Sudahlah sekarang saya tidak mau ruwet. Yang penting Karin gagalkan gugatan cerai dan saya juga dapat anak," kata Donjuan sumringah.
dI Saat, Donjuan hanya
bisa menunduk malu saat keluarga besar mengadilinya. Ia juga hanya terdiam saat
sang istri, Karin, akan mengajukan gugatan cerai di Pengadilan Agama (PA) Klas
1A Surabaya pada akhir Desember 2016 lalu.
Padahal, Karin juga tak kalah sedihnya. Perempuan yang
tinggal di kawasan Waru, Sidoarjo, ini terus menangis tiada henti. Matanya
sembab, wajahnya terus ditekuk dalam suasana murung.
"Jahat, koen iku mas," katanya mantap tanpa
menoleh ke arah Donjuan. Ia hanya menunduk sambil menghapus air mata dan
hidungnya dengan tisu yang sejak dari tadi dipegangnya.
Karin sudah 15 tahun menikah dengan Donjuan. Tapi, mereka
belum dikaruniai anak. Meski demikian, Karin yang berprofesi sebagai PNS tak
menyangka bila suaminya tega menghamili Sephia, adik kandungnya.
Meski sudah lama dia merasakan firasat Donjuan yang ingin
berpoligami, tapi ia tetap tak menyangka kalau yang dipoligami adalah adiknya
sendiri. "Suami memang ngaku kalau semua uangnya habis untuk program hamil
saya. Tapi mau gimana lagi, memang kami belum diberi rezeki (anak, Red),"
ucap Karin.
Tiap bersanding di peraduan menjelang tidur, Karin mengaku
Donjuan sering meminta izin kepadanya untuk menikah lagi. Jika tidak boleh,
Donjuan ingin mengadopsi anak dari saudaranya. Tapi, semua permintaan Donjuan itu
selalu ditolaknya. Karin bahkan mengancam akan minta cerai jika sampai Donjuan
nekat mengadopsi anak. Apalagi sampai menikah lagi.
Saat antre mengajukan gugatan cerai di PA tersebut, ayah dan
ibu Karin menghampirinya. Mereka memberi tiga pilihan kepada Karin yang semuanya
cukup berat.
Pertama, jika Karin bercerai maka orangtuanya akan
menikahkan Donjuan dengan Sephia. Kedua jika Karin bertahan atau tetap mau
menjadi istri Donjuan, maka anak dalam rahim Sephia akan diambil dan diasuh
Karin jika sudah lahir.
"Toh, anak itu juga keponakannya sendiri. Sama Donjuan
juga satu muhrim," tandas orangtuanya. Sedangkan pilihan ketiga, Donjuan yang
harus pergi meninggalkan Karin dan memutuskan hubungan dengan keluarga dan
calon anak yang dikandung Sephia.
Mendengar ketiga pilihan itu memang cukup berat. Karin pun hanya
bisa melongo dan menangis. Makin tragis, saat Sephia datang dan meminta maaf ke
Karin sambil memegang pundaknya. Sephia pun menangis sejadi-jadinya. Ia meminta
maaf karena tak tahu apa yang harus dilakukannya dengan kondisi hamil dari
kakak iparnya sendiri.
Karin pun hanya bisa menangis mendengar permintaan maaf sang
adik. Dalam hati, ia tidak tega melihat adiknya yang baru mahasiswi semester satu
itu terancam kuliahnya karena kini hamil empat bulan dengan suaminya. Ia makin
sakit hati mendengar tiga pilihan yang sama-sama pahit untuk dipilih, yang
ditawarkan orangtuanya.
Tak kuasa dengan semua tekanan yang datang kepada dirinya,
Karin pun hanya bisa pamit dan kemudian meninggalkan kedua orangtua, suami, dan
adiknya yang menurutnya masih tidak mengerti dengan perasaannya. Ternyata, dia pamit
untuk salat ke musala yang ada di belakang gedung PA.
Hampir satu jam menunggu, ayah Karin kemudian menelepon dan
mengajaknya untuk berunding di kantin. Kali ini, Karin pun hadir tapi dengan
wajah yang lebih segar. Ia tidak murung lagi meski senyumnya masih terkesan
dipaksakan, dan matanya masih tampak sembab.
"Iya, saya terima anaknya diadopsi saja. Tapi syaratnya,
Sephia tidak boleh mengakui bayi itu anaknya. Nanti lahir langsung dibuatkan akta
atas nama saya dan Mas Juan," katanya mantap.
Karin mengaku melakukan hal itu karena kasihan dengan
adiknya. Tapi di sisi lain, ia juga tidak mau berpisah dengan Donjuan. "Mas
(Juan), awak dewe wes ket SMA pacaran. Soro karo seneng bareng-bareng.
Tapi iki sing terakhir, jok diulangi maneh," ancam Karin kepada
Donjuan, yang hanya bisa menatap wajah lembut istrinya itu dengan perasaan bersalah. (*)
What a true story .... May Allah bless them. Amen
BalasHapus