Lifestyle Sedentary bikin Kegemukan
Gizi
pada anak obesitas 1
Lifestyle
Sedentary bikin Kegemukan
Masalah
kegemukan atau obesitas merupakan suatu masalah yang cukup merisaukan di
seluruh dunia, termasuk Indonesia. Dengan melihat gaya hidup anak sekarang, menjadikan obesitas penyakit
yang perlu diwaspadai semua orang.
Indonesia
sebagai negara berkembang kini dihadapkan pada persoalan beban ganda (double
burden), dimana satu sisi masalah anak kurang nutrisi masih banyak terjadi,
namun di sisi lain jumlah anak dengan obesitas juga kian meningkat. Akan tetapi
kesadaran seperti ini belum menjadi perhatian sebagian besar penduduk
Indonesia. Kebanggaan memiliki anak berbadan gemuk masih mengakar di benak
sebagian orang tua. Padahal, obesitas memiliki pengaruh buruk tidak hanya di
sisi pertumbuhan anak, tetapi juga pada perkembangan psikologis mereka. World
Health Organization (WHO) menyatakan obesitas atau kegemukan adalah penyakit yang
terlihat.
Dr Hidayat Wiriantono, Sp GK DFN, Spesialis Gizi Klinik RSAH
memaparkan hampir 90 persen masalah kegemukan
yang terjadi pada anak-anak dikarenakan adanya ketidakseimbangan antara
jumlah kalori masuk atau intake kalori dengan yang dikeluarkan atau output. “Obesitas pada anak
merupakan permasalahan multifaktorial yang terutama disebabkan oleh asupan
nutrisi yang melebihi kebutuhan harian mereka,” katanya. Hal ini berkaitan
dengan pola makan yang berlebih dan jenis makanan yang dikonsumsi mengandung
kalori yang tinggi. Misalnya saja, jenis
makanan olahan serba instan, minuman soft drink, makanan jajanan seperti
makanan cepat saji (burger, pizza, hot dog) dan makanan siap saji lainnya yang
tersedia di gerai makanan. “Ngemil dan snak-snak dan minuman manis,” cetusnya.
Selain
itu, gaya hidup yang malas (sedentary lifestyle) dan minimnya
aktivitas fisik sehari-hari juga menjadi penyebab utama obesitas pada anak.
Meskipun demikian, faktor genetik, hormonal dan kondisi sosio-ekonomi keluarga
dan lingkungan juga turut mempengaruhi, demikian juga dengan efek perawatan
medis, meskipun kejadiannya cukup langka. Akan tetapi, faktor diet dan sedentary
lifestyle masih menjadi penyebab utama.
Pola
asuh orang tua semenjak usia dini berkaitan sangat erat dengan penyebab utama
obesitas pada anak. Hal ini berhubungan karena pendidikan dan pengajaran orang
tua adalah informasi awal bagi anak usia dini untuk mulai menerapkan kebiasaan
hidup mereka, termasuk kebiasaan makan dan beraktivitas. Pola asuh yang
bersifat permisif sesuai definisi Baumrid (1967) adalah pola yang paling rentan
dengan hal tersebut. Orang tua yang memiliki pola asuh demikian akan memberikan
kesempatan bagi anak untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup.
Mereka cenderung untuk tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak
sedang dalam bahaya. Bimbingan yang diberikan juga sedikit. Orang tua dengan
pola asuh demikian akan memenuhi segala permintaan sang anak sehingga mereka
terlihat hangat dan disukai oleh anak.
Pola
asuh permisif yang diterapkan orang tua kepada anak akan mendidik anak untuk
menjadi manja dan cenderung mendikte orang tua. Kebiasaan ini juga akan
berpengaruh pada pola makan sehari-hari. Anak akan bebas memilih makanan sesuai
dengan keinginannya, sehingga resiko anak untuk mengonsumsi makanan serba enak
yang cenderung tinggi kalori akan lebih tinggi. Hal ini diperparah dengan
maraknya penyediaan makanan cepat dan siap saji tinggi kalori di pasaran dewasa
ini. Apalagi jika orang tua berasumsi bahwa memiliki anak yang lahap dan
berbadan gemuk adalah suatu prestasi yang layak dibanggakan. Apabila hal
tersebut tidak diikuti dengan penetapan waktu makan yang terjadwal dan teratur,
maka dikhawatirkan anak akan mengonsumsi lebih banyak kalori dari pada yang
dibutuhkan.Selain pola makan, pola asuh yang permisif juga akan mempengaruhi
kebiasaan anak dalam beraktivitas. Kurangnya peranan orang tua untuk membatasi
kebiasaan atau malas bergerak pada anak misalnya menonton televisi ataupun
bermain game di depan komputer berjam-jam akan mengurangi
kesempatan anak untuk bergerak dengan bebas. Akibatnya kalori yang ada di dalam
tubuh tidak dibakar menjadi energi sehingga disimpan menjadi cadangan lemak
tubuh. Jika hal ini telah menjadi rutinitas, maka akan terjadi penumpukan lemak
berlebihan di dalam tubuh yang berujung kepada obesitas.
Obesitas
sangat berdampak buruk bagi kesehatan anak. Anak yang mengalami obesitas akan
beresiko tinggi menjadi obesitas pada masa dewasa. Implikasi klinis lainnya
yang menghawatirkan adalah meningkatnya resiko penyakit kardiovaskular dan
diabetes mellitus, serta penyakit-penyakit terkait gangguan metabolik seperti
resistensi insulin dan dislipidemia. Resiko lainnya adalah terjadinya abnormalitas
fungsi sistem organ seperti respirologi (sesak nafas), neurologi,
muskuloskeletal, dan hepatologi. “Penyakit-penyakit semacam itu tentu akan
menurunkan kualitas hidup anak dan akan berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan
fisik anak,” katanya.
0 komentar: