Jatim Cerpen Award 2012
JCA Ganjar Pemenang Cerpen Rp 50 Juta
Itulah alasan, para sastrawan,
penikmat sastra, pemerhati sastra dan seniman sastra Jatim yang tergabung dalam
Komunitas Susastra Nusantara menggelar Jatim Cerpen Award (JCA) 2013. Dengan
mengusung tema Perempuan, ajang JCA ini didedikasikan untuk menggiatkan sastra
dan meningkatkan apresiasi sastra itu sendiri.
Sebagi wujud apresiasi maka tak
tanggung-tanggung untuk hadiah para pemenang ini, panitia yang diketuai Johan
Budhie Sava itu menyediakan uang senilai total Rp 102 juta. Rinciannya, Rp 50
juta untuk pemenang pertama, Rp 25 juta untuk pemenang kedua, dan pemenang
ketiga mendapatkan Rp 12,5 juta. Masing-masing Rp 2 juta diberikan kepada 7
pemenang.
Jumlah hadiah yang besar ini
menurut Johan yang juga ketua Komunitas Susastra Nusantara ini adalah bagian
dari upaya untuk memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya pada karya
sastra yang selama ini tidak dihargai seperti karya seni yang lain, seperti
seni lukis. “Mendengar orang membeli karya Rp 50 juta sudah biasa dan karya
sastra layak juga dihargai yang setingi-tingginya,” kata pengusaha toko buku
ini.
Selain itu JCA diselenggarakan
agar mampu mengembangkan minat terhadap dunia menulis di semua kalangan. Nama
Jatim Cerpen Award sendiri juga dimaksudkan untuk membangkitkan sastar di
Jatim. “Dengan JCA, kami tantang para sastrawan muda di seantero Indonesia
untuk berkarya lebih baik dan makin baik. Mereka sudah mulai bisa mengirimkan
karya cerpennya mulai 3 September hingga Februari 2013,” katanya.
Ditambahkan Evie Suryani,
sekretaris panitia, peserta bisa mengirimkan naskah cerpennya ke jatimcerpenaward@gmail.com.
Selanjutnya ketiga juri dari unsur akademisi, sastrawan dan media itu akan
mulai bekerja menyeleksi naskah yang masuk.
“Malam penganugerahan Jatim Cerpen Award akan berlangsung bulan April,”
tambahhnya.
Tentang penyelenggaraan JCA, Budi
Dharma, seorang pemerhati sastra meyakini, selain karena diiming-imingi hadiah
yang besar, JCA akan meningkatkan daya tarik masyarakat terhadap dunia
kepenulisan. Apalagi, jika melihat fenomena budaya Indonesia belum banyak
terungkap. “Salah satu cara mengungkapkan fenomena budaya ini dengan karya
sastra,” katanya.
Menurut Guru Besar Unesa itu, jika karya sastra
Indonesia berkembang. Maka, bukan tidak mungkin mempengaruhi perkembangan
budaya masyarakat Indonesia. “Salah satunya budaya menulis masyarakat yang
masih minim,” pungkasnya
0 komentar: