Pengalaman menulis kisah Donjuan, Donwori, Sephia dan Karin di Pengadilan Agama Surabaya

21.11 2 Comments

Sejak 2012 akhir aku resmi jadi penulis kisah rumah tangga halaman 1 Radar Surabaya. Saya pun tidak menyangka tulisan yg awalnya iseng belaka ini bakal jadi booming dan paling banyak penggemarnya.
Mungkin para pembaca belum tahu bagaimana sejarah awal mula kisah tulisan ala feature yang diberi nama tokoh Donjuan, Donwori, Sephia dan Karin ini.
Yuksss kontemplasi dikit sekalian mengingat awal mula tulisan aneh bin unik ini.
Aku masuk Radar Surabaya tahun akhir 2011. Lulus S1 aku langsung kerja gak pake nunggu lama. Dari kecil emang aku pengen banget jadi wartawan kalau gak ya jadi dosen. Untunglah bisa keterima di Radar Surabaya. Meski gaji nggak segede Jawa Pos (induk Radar Surabaya),ehehhehe....tapi aku sangat senang kerja di kantor yang beralamat di lantai IV Graha Pena Jl Ahmad Yani Surabaya ini. Suasananya asyik and seniornya juga ngemong banget sama juniornya. Aku beruntung banget ketika masuk Radar Surabaya, aku langsung diajari nulis sama mantan Pemred Radar, Pak Yudi, editor dan cerpenis Radar Surabaya yang terkenal Pak Jos dan Pak Djoko Pitono. Beruntung banget kan akuu...dapat ilmu langsung dari pakarnya....
Pas masih baru jadi wartawan aku langsung diplot di pos lifestyle, fashion, budaya dan kesehatan. Aku kirain nulis pos lifestyle itu cuma butuh 5 W plus 1 H. Ehh ternyata tidak. Lifestyle dan budaya itu nulisnya pakai rasa dan hati. Ada pengembangannya dan pastinya butuh bumbu-bumbu majas gitu deh.  Aku belajar nulis pakai rasa hampir setahun dari mantan redaktur Radar Surabaya, Heti Palestina Yunani. Woiiii lumayan asik, meski aku ini termasuk wartawan yg kurang teliti soal kata.
Setahun kerja, aku dipanggil ke ruangannya sama mantan pemred Radar Surabaya yang kini jadi Direktur Jawa Pos, Leak Kustiya. Takut juga sih. Punya salah apa sampai aku dipanggil panggil bos gitu. Takut. Soalnya selama aku kerja di Radar Surabaya, kesibukanku cuma ada dua, kerja sama kuliah ( kebetulan aku langsung lanjut kuliah S2 di Unesa). Jadi aku merasa sudah kerja profesional dan tidak pernah neko neko.
Pak Leak nyeramahi aku panjang lebar. Soal gaya tulisan budaya yg lebih soft, penggunaan kata untuk menarik pembaca, cara ambil angle dll. Pokoknya banyah deh.
Hingga akhirnya muncul untuk meliput di Pengadilan Agama Surabaya. Tapi, bukan dengan gaya bahasa hukum yang sakklek dan kaku, namun dengan tulisan soft dan lebih enjoy.
Bulan Januari 2013, aku mulai  triple pos. Ya liputan budaya, kesehatan dan ditambah Pengadilan Agama. Awalnya bingung apa yang harus aku tulis. Akhirnya nekat ketemu humas Pa, Sulaiman. Eh yang didapat cuma data perceraian selama setahun. Akhirnya, aku tulis saja apa yang aku dapat, tapi ternyata di kantor cuma jadi berita pinggiran.
Kebetulan kosan ku dulu deket dengan PA. Jadi kalau senggang bisa sewaktu waktu mampir. Keesokan harinya aku coba lagi ke PA. Aku emang paling demen dengerin curhat orang. Aku coba dengerin curhat curhat pengunjung PA. Bagi aku yg lumayan cerewet ini tidak sulit untuk akrab dengan para pengunjung PA. Akhirnya, aku mulai mengetahui alasan dan perasaan mereka ketika berada di PA. Pastinya sedih dong, tapi kadang ada yang curhat sambil ketawa ketiwi. Aneh...
Hampir dua mingguan aku lihat kondisi di Pa, curhat curhat para pengunjung Pa itu aku tampung di otak saja. Belum aku tulis karena aku blm tahu bagaimana cara menulis untuk berita ini dan feelingku kisahnya juga kurang pas untuk ditulis. Karena perceraian org yg aku wawancara mayoritas masih karena persoalan ekonomi. Karena keseringan di PA, aku mulai akrab sama pegawai, calo, tukang parkir pengacara dan semua pengunjung PA. Sampai sekarang pun kalau pas aku datang ke Pa, para calo, pengacar, petugas dll menyapa aku semua. Kayak artis deh. Mereka kadang ngajak ngopi (biasanya aku mau aja, tapi aku bukan penikmat kopi paling milih minum teh sekalian makan gratisan)
Di kala ngopi di depan warung depan PA, itu akhirnya aku menemukan kisah unik yang aku rasa bisa saya tulis.
Wanita itu sebenarnya sudah sering aku lihat karena dia ikut anggota sosialita Surabaya. Sebenarnya juga dia nggak langsung curhat sama aku, dia konsultasi sama mas Hendro Kusumo, pengacara. Aku dengerin saja tuh. Dia cerita mau cerai sama suaminya karena rebutan bowoan alias ampau pernikahan. Padahal, baru semalam tadi dia menikah dan menggelar resepsi mewah di JW Marriott Surabaya. "Yang direbutkan 2 miliarrr," tandas wanita yang sebenarnya berinisial N itu. Mendengar dari samping pas dia ngomong, aku cuma bisa mlongo. Uang apaan tuh segitu banyaknya. Malamnya aku menulis saja kata atau kisah yang aku dengan sebelumnya. Aku tulis apa adanya. Besoknya aku tambahi lagi dengan bumbu nama inisial yg memang dia tidak berkenan untuk menyebutkan namanya. Waktu itu aku masih pakai inisial depan nama pelaku yg sebenarnya.
Hampir dua minggu tulisan ini mengendap di meja redaksi. Belum ada bumbu bumbu atau editing dari redaksi. Yang pastinya aku tetap.menunjukkan karakter arek Surabaya. Kadang bahasa Surabaya jawa dan madura masih aku tulis. Maaf kalau tidak menerjemahkan ke bahasa Indonesia yang baik dan benar. Karena memang aku ingin tetap.menunjukkan kisah rumah tangga khas Surabaya.
Akhirnya, Pak Leak minta tulisan apa adanya itu segera dimuat untuk edisi minggu.
Wowwwwww tak menyangka hari senin sudah banyak pembaca dan teman kantor yang apresiatif.  Para pembaca ada yg langsg telepon ke kantor menanyakan siapa wanita itu. Karena kisahnya hampir sama dengan cerita teman mereka. Karena inisialnya hampir sama. (Mungkin memang teman mereka, karena wanita ini memang anak org kaya dan ternama di Surabaya). Ada pula orang yang komplain dan mangancam karena inisial itu mirip kisahnya.
Karena tulisan bertujuan untuk menghibur pembaca dengan kisah nyata dan tidak menyakiti pihak manapun, maka akhirnya aku mengubah inisial berita berita keesokannya dengan nama pelaku Bejo, Saripah dan lain lain. Pokoknya namanya lebih katrok. Hampir sebulan lebih, aku menulis kisah dengan nama pelaku berubah ubah. Belum konsisten dan tidak tahu mau kemana arah tulisan ini. Yang penting nulis dan aku kasih bumbu majas hiperbola dikit. Akan tetapi, pembacaku makin banyak. Tiap ketemu org pasti.minta bahas tulisan itu.
Komplain pun akhirnya muncul dari para pembaca dan Pak Leak. Nama yang aku buat terlalu buruk dan jelek. Terlalu merendahkan pelaku, padahal perceraian di PA itu bukan lagi mayoritas org miskin dan bodoh, tapi kaya dan juga berpendidikan. Karena memang berkali kali, aku menulis kisah perceraian yg datang dari pelaku kaya raya dan berpendidikan. Menurut aku kisah mereka lebih kompleksitas dan unik dibandingkan pelaku kaum bawah yang biasanya hanya disebabkan persoalan ekonomi.
Singkat kata, Pak Leak memintaku mengubah nama pelaku yang lebih elegan. Munculnya nama Donjuan itu pun sebenarnya tidak sengaja. Sebelum menulis nama Donjuan, aku yg memang demen baca novel Eropa (maklum tuntutan kuliah S2 Bahasa dan Sastra jadi bacaaanya.novel dan cerpen melulu) aku membaca kisah pria playboay asal Spanyol. Pria playboy itu diberi nama Don Juan. Hobinya selalu godain cewek. Akhirnya aku menulis untuk pelaku nakal dalam kisah PA itu dengan nama Donjuan. Untuk nama pelaku Karin dan Sephia itu muncul dari redakturku Pak Jos. Mungkin nama Sephia itu identik dengan wanita simpanan atau kedua, makanya kalau sudah ada nam Sephia pastinya buat pelaku wanita kedua. Karin sendiri muncul karena nama itu berarti sabar. Wanita yang didzholimi biasanya pakai inisial Karin. Kalau Donwori sih juga muncul tidak sengaja dan hanya iseng saja. Ingat Dont worry be happy jadi ya donwori bisa diartikan tidak masalah dan tetap senang. Dalam tulisan ini pelaku Donwori selalu jadi pria baik, sabar dan lainnya. Pokoknya protogonis deh.
Tapi jujur deh selama menulis berita ini aku berusaha netral. Tidak pernah menghakimi Donjuan, Donwori, Sephia maupun Karin. Karena menurut saya, orang jadi Donjuan atau Sephia itu ada sebabnya baik karena cinta atau kebutuhan. Jadi ketika aku memberikan nama pelaku Donjuan dan Sephia itu tidak untuk menjugde sikap dan perilaku mereka. Aku hanya menyimpulkan dan tidak untuk jadi hakim baik dan buruk bagi mereka.
Untuk pengembangan nama Mira, Donlesi maupun Dondon biasanya aku gunakan untuk pelaku netral atau tidak terlibat langsung atas kisah utama.  Kalau  bosen kadang aku ganti juga pakai pelaku Dondon atau Donlesi. Tapi, sangat jarang kok.
Tiga tahun menulis kisah ini pastinya tak hanya sampai di tangan pembaca saja. Aku juga jadikan hadiah untuk orang tua, suami Hendra Kartika Yuda, Anakku Pertama Najma Ayucha Khairani dan bakal adik Ucha dalam hadiah wisuda magisterku. Saat hamil pertama tahun 2013 aku liputan di PA sekalian penelitian tesis berjudul Stuktur Tematik Tuturan Suami Istri di Pengadilan Agama Jl Ketintang Madya, Surabaya. Ujianku tertunda karena sibuk kerja, kuliah dan harus PP Sby gresik tiap hari melewati jalan angker Kalianak dan Margomulyo. Sekarang hamil anak kedua lagi, eehehhehe..jadi ujian tesis dua kali bersama anak anak yang masih dalam perut. Mungkin nanti kalau ujian desertas S3 anak ketiga juga ikut ngandon di perut..yeyeyyeye semangat.
Thanx ya buat animo masyarakat dan pembaca untuk tulisan isooooae ini.

Hany Akasah
Wartawan Radar Surabaya

2 komentar:

  1. Kebanyakan kata "aku". Bikin males bacanya.

    BalasHapus
  2. Hai mbak... Saya senang baca kolom donwori di radar sby hahaha... Semangat mbak

    BalasHapus