Jejak Sejarah dan Budaya Kampung Arab 6


UMI HANY AKASAH/RADAR SURABAYA
JAGA TRADISI: Salah satu proses pernikahan adat timur tengah yang masih bertahan di kampung arab hingga kini.

Jejak Sejarah dan Budaya Kampung Arab (6)
Akad Nikah Ala Timur Tengah, Undangan dan Resepsi Wanita Dibedakan

Sejarah dan budaya memang tak lekang oleh waktu. Meski sudah berbaur dengan kebiasaan warga pribumi, namun keturuan arab masih mempertahankan adat istiadat. Salah satu budaya yang masih bertahan adalah proses pernikahan adat Timur Tengah.

Umi Hany Akasah
Wartawan Radar Surabaya

SUDAH setahun lamanya proses menikahkan putrinya Ahlam Al-Batati berlangsung, namun Abdullah Al-Batati masih mengingat proses pernikahan putrinya yang 100 persen menggunakan adat istiadat Timur Tengah.  Bagi keluarganya, proses pernikahan teresbut sangat istimewa karena aturan pernikahan Timur Tengah masih diberlakukan.
Ketua Komunitas Arab Surabaya, Abdullah Al-Batati menerangkan di kampung Arab adat istiadat perniakahan Timur Tengah, mulai dari akad nikah, resepsi hingga menu makanan masih mempertahankan tradisi. “Alhamdullillah masih bertahan. Karena memang komunitas di sini (kampung Arab) cukup erat,” jelas Abdullah kepada Radar Surabaya.
Proses pernikahan, sang mempelai pria diarak oleh keluarga, kerabat dan teman-teman dekat. Dalam proses arak-arakan itu suasana memang cukup ramai. Biasanya para kerabat akan menggoda calon pengantin sehingga suasana terlihat guyub dan ramai.
“Calon pengantinnya digangguin habis-habisan sama yang mengarak,” tandasnya. Sementara, mempelai wanita, sudah bersiap di lokasi ijab qabul, tetapi berada di ruang terpisah.
Sudah menjadi kebiasaan, mempelai pria saat ijab qabul tidak didampingi mempelai wanita. Setelah resmi saat acara resepsi, kedua mempelai baru berdampingan. Mempelai pria mengenakan busana adat Yaman. Tidak terlalu mencolok, kemeja dalam ditutup jas, dilengkapi kaffiyeh (semacam sorban khas Arab). Ciri khusus kaffiyeh ala Yaman ada di motif bunga-bunga mirip batik.
“Selain itu, mempelai pria juga dilengkapi Jambia (belati bengkok) yang diselipkan pada sarung di depan,” ujar pria yang aktif dalam menggelarkan wisata Surabaya itu.
Sedangkan mempelai wanita, tidak mengenakan baju khusus. Hanya gaun seperti umumnya. Ada pun susunan acaranya, antara lain, pembacaan ayat-ayat suci Al Quran, ceramah agama, ijab qabul, ramah-tamah sambil santap makanan. “Sebagaimana umumnya, mas kawin berupa uang tunai dan alat salat,” jelasnya.
Saat prosesi ijab qabul, gedung dipenuhi tamu pria yang berada di sisi kanan. Antara pria dan wanita dibedakan. Biasanya wanita berada di ruang sebelahnya yang terdiri dari sahabat dan handai taulan. Untuk proses resepsi, biasanya digelar malamnya atau siangnya. Dalam proses resepsi, lagi-lagi prosesi wanita dan pria dibedakan.
Makannya juga dibedakan. Ciri khas ketika ada resepsi pernikahan, para pengunjung tidak langsung pulang usai makan. Biasanya warga arab  pulang sampai acaranya akan selesai. Pulangnya pun bersama-sama. “Kalau ada yang pulang duluan usai makan atau salaman, tamu tersebut pasti bukan keturunan arab. Tapi dalam proses resepsi kami tidak pernah membedakan-bedakan,” pungkasnya. (*)


0 komentar: